Langkah Strategis Pembelajaran Kooperatif

Tanggal : 08/06/2024, 12:14:40, dibaca 86 kali.

Seperti diketahui elaborasi model pembelajaran dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan. Dengan banyaknya model-model pembelajaran konvensional yang hanya memosisikan peserta didik hanya sebagai obyek pembelajaran kirinya perlu dikaji ulang. Terlebih lagi, sekarang pemerintah telah mencanangkan Kurikulum Merdeka yang menempatkan peserta didik sebagai subyek pembelajaran dengan mengedepankan pola berpikir kritis. Sejalan dengan pendekatan konstruksionisme dalam pembelajaran, salah satu model pembelajaran yang kini  banyak mendapat respon adalah Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning.

Model pembelajaran cooperative learning memberi kesempatan luas berserta didik untuk melakukan interaksi sosial dengan sesama teman selaras dengan topik pembelajaran dengan ekspetasi tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dalam hal ini, peran guru hanya sebagai fasilator dan motivator agar suasana belajar lebih kondusif dan menyenangkan. Dalam penjabarannya, model cooperative learning lebih menekankan pada aspek pengetahuan yang dibangun oleh peserta didik secara aktif dan mereka harus mempertanggungjawabkan materi yaang dipelajari secara profesional.

 

Secara sederhana dalam pembelajaran koopetatif ini peserta didik dalam suatu kelompok kecil mengerjakan suatu materi secara bersama, saling berkolaborasi, dan mempertanggungjawabkan hasil yang dipelajari yang pada umumnya berupa presentasi untuk bahan diskusi.

Misalnya dalam mata pelajaran Seni Budaya, topik yang dipelajari adalah wayang orang, mereka harus mempelajari secara detail mulai latar belakang historisnya, perkembangannya, sampai prospeknya di masa depan. Peserta didik harus mencari sumber referensi yang relevan di perpustakaan sekolah atau digital. Materi dikemas rapi, untuk menjadi bahan presentasi yang juga akan dipakai sebagi bahan diskusi.

Tujuan mendasar dari model pembelajaran ini, agar peserta didik membiasakan kerja dalam tim, saling menghargai pendapat temannya, menghilangkan ego personalnya, menerima pendapat orang lain, serta memberi kesempatan orang lain mengemukakan gagasannya secara akademis dan profesional.

Di samping itu dalam model cooperative learning ini  juga dapat melatih  peserta didik untuk memiliki berbagai keterampilan baik berpikir kritis, sosial, mengemukakan pendapat, dan menerima berbagai perbedaan yang tujuannya mengerucut pada kesamaan persepsi. Hal tersebut merupakan awal dari tumbuhnya sikap demokrasi yang perlu dimulai di tingkat satuan pendidikan.

Peserta didik diberi kesempatan maksimal untuk mengembangkan pengetahuan, kualifikasi dari kemampuannya, keterampilan secara total dalam suasana pembelajaran yang komunikatif, demokratis, terbuka, serta familiar. Dalam hal ini kapasitas peserta didik dapat menjadi tutor bagi teman-temannya. Di sini peran dan tanggung jawab masing-masing personal menjadi sangat substansial.

Cooperative learning menyediakan banyak nilai keutamaan yang perlu dilakukan oleh peserta didik di antaranya, pertama peserta didik terlibat  dalam tingkah laku mendefinisikan, menyaring, memperkuat sikap, kemampuan, dan tingkah laku dalam partisipasi sosial. Kedua, peserta didik perlu memosisikan orang lain dengan menghargai kelebihan maupun kekurangannya. Tak lupa perlu memberikan stimulasi moral juga semangat dalam ranah pemikiran profesional agar tujuan pembelajaran sebagaimana yang sudah direncanakan dapat tercapai.

Ketiga, berpartisipasi dalam tindakan-tindakan kompromi, negosiasi, kerjasama, konsensus, dan penataan aturan mayoritas ketika bekerja sama untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka dan membantu meyakinkan bahwa setiap anggota kelompoknya melakukan kegiatan pembelajaran sebagai bahan refleksi (Isjoni, 2009).

Langkah efektif

Langkah-langkah  efektif yang perlu dilakukan guru agar model pembelajaran ini bisa optimal dapat dilakukan dengan berbagai langkah strategis. Sebelum bahan pelajaran diberikan, guru perlu memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran saat itu. Guru bisa menuliskan topik di papan tulis atau tayangan LCD dan menanyakan segala sesuatu yang peserta didik ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan yang dinamakan brainstorming ini dimaksudkan untuk lebih memfokuskan perhatian peserta didik akan kesiapan pada materi yang akan dipelajari.

Langkah selanjutnya bisa dilakukan dengan pembagian peserta didik menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-6 peserta didik. Bagian pertama, bahan diberikan pada peserta didik yang pertama, sedangkan peserta didik kedua menerima bahan bagian kedua dan seterusnya. Setelah selesai mengerjakan bagian masing-masing, mereka saling berbagi mengenai bagian yang dikerjakan masing-masing tersebut. Dalam bagian ini peserta didik bisa saling melengkapi dari topik pembelajaran yang dipelajari. Di sini kolaborasi paralel sangat dibutuhkan agar materi semakin lengkap dan mendalam.

Diskusi merupakan unsur penting dalam cooperative learning. Dengan berdiskusi dapat memunculkan keanekaragaman pendapat dan sudut pandang dari berbagai anggota kelompok. Karena itu, partisipasi peserta didik secara luas sangat diperlukan. Namun juga perlu diingat, diskusi perlu juga diberi regulasi agar materi bisa fokus dan tidak melebar keluar dari topik. Di samping itu perlu ditekankan, agar diskusi bisa kondusif serta jangan didominasi oleh satu orang yang aktif bicara, yang ujung-ujungnya akan mengarah pada debat kusir atau debat personal yang kadang keluar dari konteksnya.

Peran guru

Dalam implementasi model cooperative learning dibutuhkan peran, kemampuan, kemauan, serta kreativitas guru dalam mengelola lingkungan kelas. Guru perlu lebih aktif dalam mengelola kelas agar lebih kondusif. Harapannya proses dalam model pembelajaran kooperatif ini sesuai dengan Modul Ajar yang sudah disusun beserta dengan alur tujuan pembelajarannya.

Di samping itu guru perlu mengondisikan kelas sebagai laboratorium demokrasi, supaya peserta didik terlatih dan terbiasa berbeda pendapat. Pembiasan atau habituasi ini sangat penting dikondisikan agara peserta didik terbiasa menerima perbedaan pendapat, sportif menerima kelebihan maupun kekurangan orang lain, belajar instropeksi pada kekurangannya, serta belajar mencari solusi dari berbagai persoalan.

Untuk itu, sebagai penjabaran dari iklim demokrasi kiranya seorang peserta didik  harus dapat menerima pendapat dari peserta didik lainnya. Sebagai misal peserta didik satu mengemukakan pendapatnya, kemudian peserta didik lainnya mendengarkan di mana letak kesalahannya, kekurangan atau kelebihannya, kalau ada kekurangan bisa saling melengkapi. Melalui teknik saling menghargai pendapat peserta didik yang lain dan saling membetulkan kesalahan bersama dapat dijadikan bahan untuk memperkuat  pemahaman terhadap materi pelajaran yang diajarkan semakin luas, mendalam, dan akuntabel. (*)

Penulis:
Drs. Ch. Dwi Anugrah, M.Pd.
Guru Seni Budaya
SMK Wiyasa Magelang




 Silahkan Isi Komentar dari tulisan berita diatas
Nama
E-mail
Komentar

Kode Verifikasi
                

Komentar :


   Kembali ke Atas