Berita
Peziarahan Mata Pelajaran Seni Tari
Tanggal : 03/16/2023, 10:08:17, dibaca 95 kali.Bila ditelisik lebih jauh, selama ini mata pelajaran Seni Budaya baik itu seni pertunjukan atau seni rupa oleh sebagian peserta didik maupun orang tua dianggap tidak prospektf dalam mendukung intelegensi. Hal itu diperkuat dengan pandangan orang tua peserta didik terhadap mata pelajaran Seni Budaya yang selalu dianggap berorientasi pada praktik atau keterampilan.
Padahal sebenarnya, mata pelajaran Seni Budaya termasuk di dalamnya seni tari memiliki fungsi dan tujuan sebagai media untuk mengembangkan sikap dan kemampuan agar peserta didik mampu berkreasi dan peka dalam berkesenian. Hal itu ditegaskan juga dalam PP No 19 Thn. 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Pertama, mata pelajaran Seni Budaya memiliki sifat multilingual, multidemensional, dan multikultural. Multilingual bermakna pengembangan kapabilitas mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara dan media seperti gerak, bunyi, peran, bahasa rupa, dan berbagai perpaduannya. Multidimensional bermakna pengembangan beragam kompetensi meliputi konsepsi pengetahuan, pemahaman, analisisi, evaluasi, apresiasi, dan kreasi dengan cara menyinergikan secara harmonis unsur estetika logika, kinestetika, dan etika.
Sedangkan sifat multikultural mengandung makna menumbuhkan kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap beragam budaya lokal, nusantara, dan global. Hal ini merupakan ikon pembentukan sikap demokratis bagi peserta didik untuk hidup secara beradab serta toleran dalam kancah komunitas dan budaya yang pluralis.
Kedua, mata pelajaran Seni Budaya memiliki peran dalam membentuk pribadi peserta didik yang harmonis dalam logika, rasa estetis dan artistiknya serta etikanya. Pada aspek ini lebih menekankan pada pembentukan jati diri peserta didik menjadi pribadi yang utuh dalam suatu pola normatif, bermoral, dan humanis.
Kekhasan Tersendiri
Pada dasarnya, mata pelajaran Seni Budaya memiliki kekhasan tersendiri sesuai dengan kaidah keilmuan masing-masing. Mata pelajaran seni tari sebagai salah satu aspek mapel Seni Budaya baik jenjang pendidikan dasar sampai menengah, dalam aspek materi secara tekstual banyak hal yang dapat diajarkan kepada peserta didik.
Sebagai misal materi ragam gerak, makna ragam gerak, aspek koreografinya, ataupun musik pengiringnya. Secara kontekstual konsep budaya komunitasnya di sekitarnya dapat diberikan sebagai pengantar pengetahuan bagi peserta didik, baik itu ditilik dari fungsi seni tari, pergeseran nilai, maupun kontribusinya bagi komunitas luas.
Dalam seni tari klasik gaya Yogyakarta dikenal filosofis Joget Mataram yang menekankan pada karakterisasi sawiji, greget, sengguh, dan ora mingkuh. Sawiji mengandung makna konsentrasi total pada satu tekad untuk menari sebaik mungkin sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Greget merupakan semangat jiwa yang disalurkan melalui intensitas gerak yang dilakukan dengan sempurna sehingga terwujud keserasian gerak dan penjiwaannya. Sengguh atau rasa percaya diri merupakan sebuah keyakinan dalam melakukan suatu hal. Sedangkan ora mingkuh atau pantang menyerah merupakan cermin dari sikap hidup manusia yang teguh terhadap pendiriannya (Soedarsono, 2000).
Dengan demikian melalui pembelajaran seni tari sebernarnya dengan kreativitas guru sebagai pendamping dapat memberi kontribusi pada peserta didik pada kehalusan dan kepekaan jiwa raganya. Kehalusan lahiriah dan batiniah peserta didik dengan pembelajaran berkesinambungan akan dapat membentuk budi pekerti. Kehalusan budi pekerti akan dapat menjadi pijakan awal membentuk karakter.
Memberi Teladan
Karakter peserta didik akan terbangun, dengan cara guru memberikan teladan akan setiap tindakannya. Dalam usaha pembangunan karakter fokus perhatian seharusnya diprioritaskan pada pembentukan lingkungan terlebih dahulu, di mana peran pendidikan ini sangat sentral, karena karakter adalah kualitas personal seseorang yang terbentuk melalui proses belajar.
Untuk itu mata pelajaran seni tari yang merupakan integrasi dari aspek lahiriah dan batiniah, bila diajarkan secara benar dan proporsional akan dapat membentuk karakter. Kiranya dengan mengaplikasikan konsepsi filosofis Joget Mataram akan dapat membawa peserta didik dan guru pada peziarahan seni tari yang hakiki.
Peziarahan merupakan perjalalan panjang seseorang dalam mencari tujuan hidupnya. Sebagaimana dalam mata pelajaran seni tari yang memiliki kandungan nilai humaniora, tidak akan habis untuk digali sebagai sumber pengetahuan hakiki baik sebagai motivasi maupun inspirasi dalam meniti kehidupan yang penuh dengan dinamika.
(Oleh: Drs. Ch. Dwi Anugrah, M.Pd., Guru Seni Budaya SMK Wiyasa Magelang)
Silahkan Isi Komentar dari tulisan berita diatas |
Komentar :
Kembali ke Atas